Kamis, 26 Desember 2013

Kecamuk Asa


Kata terlambat, hanya untuk orang-orang patah semangat. (nita)
Oleh : Nita Juniati
“Bosan”, kata itu yang berulang kali ku ucap. Tak senang lagi, jika harus bermain dan merangkai kata. “Aku bukan penulis hebat”, kata ku keras dalam dada. Aku memang tak punya bukti apapun, tak senang aku dengan dunia yang harus ku tekuni. Penulis, bukan menjadi pilihan menarik bagi ku. Tepatnya aku tak punya cita-cita tepat, masa depan yang masih abu. Kau tau abu-abu itu tak hitam serta tak putih. Berkali-kali ku menggelengkan kepala, menatap kegalauan yang hadir dipertentangan hati ini.
            Aku ingin, mata ku terpejam sejenak dan ketika ku bangun aku sudah hadir di surga-Nya disambut dayang-dayang manis dan bercahaya. Malas, aku sudah malas menemui arti hidup yang tak jelas ini. Teman ku sempat berkata, “jika kau ingin bebas, tulis dan ekspresikan sebebas-bebasnya tentang apa yang mau kau curahkan” katanya seakan memberi ku semangat. Namun sayang, aku bukan seseorang yang perlu motivator. Aku cukup tegas ketika itu, hati serta pikiran ku sudah cukup jelas “aku tidak suka menulis”.
            Lingkungan ku memaksa untuk terjun menulis. “menulis...menulis...menulis..” sekali lagi ingin ku muntah kan kata “bosan” yang sudah tak tertampung lagi dimulut ku. Membudah, saking bosan nya aku mendengar kata “menulis, penulis”. Aku sudah merasa salah jalan, berada dilingkungan seperti ini. Jika tekad ku kuat aku akan lari ke ujung dunia. Namun, aku tak punya banyak tenaga untuk sampai ke ujung dunia dengan berlari. Bahkan aku tak tau dimana letak ujung dunia. Referensi pun aku tak punya, jika diharuskan bertanya gengsi ku lebih besar.
            Beginilah cara ku mengekspresikan sebebas-bebasnya, biarkan hanya aku yang tau dan mengerti. Ini bukti, bahwa aku tak senang dengan dunia menulis. Aku tutup mata, dengan lingkungan yang memaksa sesuatu yang tak ku suka. Habislah aku dimakan waktu, tak ada yang menyadarkan ku dari gelapnya debu. Biarkan orang-orang semakin merasa tabu. Jelaskan saja aku memang tak menggebu.
***
            Hampir tiga tahun aku berada dilingkungan yang memaksa ku untuk giat menulis. Aku sempat tutup mata dengan keadaan itu, namun seseorang menarik ku untuk menyukai dunia menulis. Aku biasa saja, tak tertarik atau bahkan ingin mendalami dunia menulis. Aku sadar betul, bakat ku tak ada pada bidang itu. Sesekali aku memang mencoba melawan, dan sudah terbukti bahwa tidak ada hasil yang memuaskan.
            Sudah dua kali, tulisan ku ditolak oleh media. Aku yakin benar, tulisan ku tak layak cetak. Jelas saja, aku semakin tidak senang dengan dunia menulis. “menulis itu sulit, menulis itu bikin mumet, menulis itu ribet, pokoknya aku gak suka” gumam ku yang secara rutin ku katakan setiap kali membuat tulisan. Aku merasa semakin jatuh ketika tau tulisan-tulisan teman ku di muat di media, sedangkan aku? Tak satupun tulisan ku bisa disajikan di media. Aku cukup mengelus dada tanpa ada tanda tertarik atau termotivasi.
            “tulisan mu bagus, ada baiknya kalau kamu bikin blog. Ya minimal untuk wadah tulisan-tulisan yang gak dimuat di media.” Kata seorang laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih dan bersenyum manis. Aku tak kenal seseorang itu, bahkan mukanya saja asing dimata ku. Dia memuji tulisan yang acak-acakan di kertas kumal yang sempat aku  remas. “blog?” aku kebingungan dengan nama itu. Laki-laki itu tersenyum, setengah menyindir ku “iya blog, kamu bikin aja asal ada koneksi dengan internet dan kamu punya gmail semua akan mudah” jawabnya serasa mudah.
            “kalau kamu ngeblog, setidaknya kamu bisa mengeksplorasi ide-ide cemerlang kamu, atau apapun bisa kamu tulis sesuai keinginan mu .....” tambahnya menjelaskan panjang lebar tentang blog. Lama-lama aku semakin merasa laki-laki itu “seles blog”,aku cukup tersenyum-senyum dengan sedikit menampakan muka bego didepannya. Aku bergegas pulang kerumah, dengan berjibun  tugas yang harus ku kerjakan.
            Seperti biasa pekerjaan ku selalu berada didepan layar komputer, selain mengerjakan tugas sedikit merefresh otak dengan sekadar bermain games. Namun tidak dengan kali ini, aku menjadi penasaran akut. Aku mencari modem diantara tumpukan buku dimeja belajar, mencari ditumpukan bantal diatas kasur. “Oh my god, modem nya gak ada” kata ku sambil bercucuran keringat, kebingungan setengah abad mencari modem. Aku terkujur lemas, diatas kasur lelah mencari modem yang tak kunjung ku temui.
            Tiba-tiba seakan ilham datang menghampiri, “aha... sepertinya aku ingat” sambil terbangun dari kasur dan melangkahkan kaki menuju sebuah tempat diujung kamar. Akhirnya aku menemukan modem, yang aku taruh di lemari dan ku selipkan diantara baju-baju. Aku memang sengaja, menyelipkan modem ditempat yang sulit terjamah.Karena kakak ku suka menghambiskan kuota modem dan tak bertanggung jawab mengisinya kembali.
            Kembali aku duduk di depan layar komputer, mengaktifkan koneksi internet, tanpa pedulikan apapun aku langsung membuka googlechorme dan mencari cara membuat blog, bahkan aku masih bertanya blog itu apa. “Arrrgggghhhhh sial...... koneksi internetnya gagal terus” teriak ku kesal. Pikiran negatif ku langsung tertuju pada kakak, kakak memang selalu tau dimana aku menyimpan modem dan menghabiskan kuota.
            Aku kembali menjadi malas, malas melakukan segala aktifitas. Namun kasihan komputer yang sudah ku nyalakan, dan aku mencoba melawan segala macam setan-setan malas yang menghadang. Aku mulai membuka Ms. Word dan mencoba menguntai kata demi kata. Aku senang dengan sastra, menulis apa yang aku lihat dan aku rasa. Baru menyelesaikan satu kalimat, aku sudah kembali merasa pusing, apalagi yang bisa aku tulis. Kumatikan saja komputernya, tak tahan dengan rasa kesal dan pusing. Aku bergegas menuju kasur dan membaringan badan.
            Wajah ku tepat memandang langit-langit kamar, memikirkan laki-laki tadi. Dia bilang tulisan ku bagus, sepertinya dia meledek tulisan ku yang jelek luar biasa. Namun biarlah, bukan hal yang aneh jika orang lain meledek tulisan ku. Ada hal yang lebih membuat penasaran, “blog” aku masih bingung dengan blog. Apa yang bisa aku tuangkan pada blog, sedang kata laki-laki tadi blog itu adalah sebuah wadah untuk mengeksplorasi ide-ide cemerlang.
            Ku ambil secarik kertas, dan kembali melanjutkan tulisan yang tadi sempat ditulis di komputer. Aku menuliskan sesosok laki-laki tadi, yang membuat ku bertanya-tanya tentang blog. Hanya membuat sebuah puisi, namun berulang kali aku mengganti kertas, dan mencurat-coret tulisan ku. Rasa sulit kembali bergemuruh dalam dada, namun aku mencoba untu menepis semua itu.
Sedikit demi sedikit untaian kata mulai bisa terbaca. Aku hanya menaruh maksud yang tersirat. Apapun kata orang, tentang tulisan ku, aku harus bisa menerima. Ternyata tidak ada yang sulit, setelah mencoba. Aku hanya butuh beberapa waktu untuk menjawab rasa semangat ini.
***
Penasaran Akut
Oleh : Nita Juniati
Manis, rasanya kata itu manis ku dengar
Rasanya mata itu menunjukan hal yang lain
Aku menjadi tak tentu rasa
Memikirkan hal manis yang sosok itu katakan
Biarkan aku diam sejenak
Menyambut kata baru yang terucap
Biarkan aku menggebu mencari,
Mencari arti kata yang dia beri
“blog”
Apa itu, sebuah benda ataukah sifat
Dia katakan “blog” itu wadah
Ide cemerlang bisa ku tuang didalamnya
Buat aku bertanya keras
Sampai hati tak jua terhenti
Hingga ku merasa
Mengidap penasaran akut
***
            Akhirnya aku bisa menyelesaikan tulisan aneh ku, disecarik kertas. Gara-gara laki-laki yang tak ku kenal tadi. Aku baca berulang, tulisan yang baru ku selesaikan. Aku tersenyum, dan merasa lega. Aku hanya merasa senang, karena aku bisa melawan setan-setan yang menghadang. Aku tak perduli dengan hasil tulisan ku, yang aneh itu. Terpenting aku bisa mengeksplorasi rasa penasaran.
            Semangat ku kembali menggebu. Mataku langsung mengarah pada layar komputer. Terbangunlah aku dari kasur, lalu melangkah menghampiri komputer, dan kembali menyalakanya. Kembali membuka Ms. Word dan mengetik tulisan yang telah ku selesaikan disecarik kertas tadi. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja, setelahnya penasaran ku terhadap “blog” masih saja menggebu.
Rasanya aku menemukan hal lain, seakan aku punya mimpi. Ku lihat waktu yang terus bergulir, tidak ada ya g terlambat mengejar asa.  Aku harus tau, apa itu blog dan segera membuatnya. Ketika media tak menerima tulisan ku, seperti laki-laki yang tak ku kenal itu katakan, aku bisa mengekplorasi ide–ide cermalangku lewat blog.

Menggebu-gebu lah rasa yang ada dalam diri. Ternyata menulis itu tak sesulit yang aku pikirkan. Hanya saja, aku tak mau bangun dari rasa yang telah jatuh. Tulisan ditolak di media, seharusnya menjadi cambuk untuk lebih semangat. Aku jadi semakin menggebu untuk segera membuat blog dan menuangkan ide-ide cermalang lewat tulisan. Secara terpaksa aku harus mengisi pulsa modem. Sayang uang didompet ku tak lebih dari Rp 10.000,- .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar