Kamis, 05 Juni 2014

Peri Kecil

Hai, Peri Kecil seharusnya kau temani aku. Kini aku merasa sendiri, mengapa kau pergi sebelum kau tampakan wajah mu yang cantik. Seharusnya kau tetap disini menari dan bernyanyi bersamaku. Jika masih ada, mungkin kau berada dekat dengan ku. Mencurahkan para parangeran yang menggumi mu.

   Kau, Peri Kecil mahkota ini seharusnya milik mu. Namun kini menjadi abadi di kepalaku. Tidak ada peri-peri lain yang ingin menjadi temanku. Kau tau? kepalaku sudah terlalu lelah mengenakan mahkota ini. Aku ingin melepasnya, memberikan pada keturunanku. Namun, Tuan belum jua mengijinkan ku untuk melepas mahkota ini.

   Peri Kecil, kau tau kan... aku bukan putri atau pun ratu. Aku sama saja seperti manusia-manusia lain. Tapi mengapa aku merasa dibebani dengan mahkota ini. Seakan gerak-gerik ku tak lepas dari perhatian. Kesalahan sekecil apapun, selalu menjadi teguran besar. Peri Kecil, tetaplah bercahaya. Tak lama, mungkin aku akan segera menemani mu disana. Akan ku ceritakan lebih jelas tentang mahkota ini padamu.

   Sebelum aku datang ke tempat mu, kau harus berkenalan dengan peri kecil lain yang sama dengan mu disana. Mungkin kau sudah kenal dia sebelum ku perintahkan, dia pun peri kecil yang manis seperti mu. Kau tau? dia peri kecil pujaan ku. Aku pun hanya mengenalnya lewat tulisan seorang pangeran, yang slalu menggambarkan sesosok peri kecil yang manis itu. Membaca tulisan pangeran itu, aku rindu pada mu peri kecil.

   Tolong bisikan, pada peri kecil manis teman mu itu, aku ingin berkenalan dengannya. Jika sempat, kelak aku menemui mu kau kenalkan aku padanya ya peri kecil. Nanti akan ku ceritakan juga kisah pangeran yang selalu menggambarkan peri kecil manis itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar