Oleh : Nita Juniati
Udara yang
cukup dingin dengan sedikit gemuruh suara-suara merdu anak adam. Bercerita
asyik dari segala sudut, sedikit menemani kegundahan. Selain itu ku dengar
merdunya kicauan burung, serta petikan gitar yang cukup menghibur. Namun
sayang, seseorang yang ku tunggu tak jua datang menemani. Aku sendiri disini,
tiada yang menyapa atau menghampiri kesendirian ini.
Bagaimana bisa
aku terus berdiam sendiri, ditengah cuaca dingin nan segar ini. Aku butuh kawan
untuk sekedar bercakap. Aku butuh kawan untuk sekedar berbagi senyum serta
sendu. Namun ditengah kesendirian ini ada sesuatu yang cukup buat ku tersenyum
kecil. Dari balik pintu hijau yang tak jauh dari pandangan ku, keluar beberapa
orang laki-laki yang tengah memayang seorang perempuan yang pingsan. Beberapa
detik aku terhipnotis melihat kejadian itu, namun tak lama dari itu aku segera
tersadar. Seperti tak ada wanita-wanita kuat yang mampu memayang seorang wanita
yang pingsan itu. Aku hanya sedang berpikir mengenai orang-orang diluar sana,
yang sama-sama seperti ku melihat kejadian itu.
Hahahaha....
sudah lupakan saja. Kembali dengan kesendirian ini. Aku seperti kehabisan
cerita, melihat sekitar yang sama-sama saja. Padahal aku tau dia tidak akan
hadir dipagi ini. Aku pun tak mengerti mengapa aku begitu senang dengan keadaan
yang selalu menunggu sesuatu yang sudah pasti tidak akan menemui ku. Aku
kehabisan jalan, kemana seharusnya aku melanjutkan perasaan ini. Padahal cukup
disini, aku tak mau lagi melanjutkan rasa yang jelas tak terbalaskan.
Aku
masih cukup sadar diri untuk sekarang ini. Namun aku tak kuasa lagi melihat
dia, bukan kah biasanya aku bersikap biasa menemui orang yang ku kagumi. Bahkan
tak banyak orang yang bisa melihat bagaimana perasaan ku yang sebenarnya. Tapi
kini seakan aku menceritakan semua hal yang ada dalam diri, semua ku katakan
begitu terang walau memang tak mengalahkan terangnya mentari.
Masih
saja aku terbayang-bayang dengan senyumnya, yang memesona di bola mata ku.
Suara musik dibelakang ku begitu merdu saja, menemani kesendirian ini. Seakan
sedang berada dalam layar lebar, dengan soundtrack yang mewakili perasaan ini.
Pikiran ku memberikan dua pilihan, tetap diam disini menunggu yang tidak akan
datang atau segera lati dari tempat ini dan mencari suasana baru. Walau masih
tetap dalam kesendirian.
Sepertinya
aku salah membuat motivasi, “jangan takut untuk bermimpi”. Sampai buat ku terus
bermimpi, jelas saja aku tak mau bangun dari mimpi-mimpi yang tak nyata ini.
Begini lah keadaan seorang wanita yang tengah terbuai dengan hati yang dinanti.
Namun ini sedikit buat ku nyaman dibalik beban besar yang tengah menghadang. Ku
akhiri saja cerita pagi ini, ku sudah ditemui kedua teman ku yang kembali
mengajaku diam diteras sebrang sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar