Jumat, 12 April 2013

Tak Ada Waktu Cuci Piring

             Oleh : Nita Juniati

              Langit biru yang tak berubah jadi abu, memberi ku keterangan bahwa langit mendukung ku. Berjalan menyusuri setapak jalan yang tengah terhampar dihadap ku. Burung-burung berkicau dengan merdu dan suara jangkrik yang beradu. Sungguh apa yang harus ku lakukan terlebih dahulu. Berirama menemani perjalanan panjang yang tengah ku tempuh.
              Aku tak pernah tau mengapa rasanya semua terasa begitu cerah, dan memesona. Berlari dan meloncat-loncat kegirangan. Perasaan yang sedang berwarna merah jambu mungkin kah aku jatuh cinta? bersorak sorai mendapati senyum.
              Sesosok indah yang tengah bermain-main dipikiran ku. Senyum, tatapan, sapa, dan semua tentang nya. Ini cinta yang merangkul hati seakan semua menjadi terang benderang. Hampir semua waktu, ku habiskan untuk bercerita tentang sesosok senyum itu, berjalan seakan dia selalu hadir menemani. Cinta tergila yang tengah meratapi nasib ku. Lagu-lagu bahagia menjadi backsound  langkah perjalanan ku.
               Apa tak ada yang lebih indah dari ini? semua kelabu menjadi biru. Dunia ini seakan hanya ada dia dan aku. Tak ada hutan yang menyeramkan, yang ada hanya hutan berbunga cinta. Terpelosok aku di tempat rasa yang dalam ini, semua terhabiskan untuk memikirkan hal yang hanya menjadi pengharapan. Semua waktu tersita, untuk bercerita tentang cinta yang dalam ini.
               Bahkan kata  ku "sampai tak ada waktu untuk cuci piring". Karena cinta yang gila, menghabiskan banyak waktu untuk berharap dan bermimpi dalam khayal. Tak ada waktu untuk memikirkan sekeliling bahkan diri sendiri. "Cinta itu Indah, tapi bukan untuk disalah gunakan. Beri waktu untuk sekedar cuci piring." ujar ku tenggelam dalam malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar